Sabtu, 07 Mei 2016

Pemanfaatan Tumbuhan Herbal Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L.) dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Rendah Diabetes


                                                                  Oleh: Tri Sumaria

Diabetes  melitus  dikalangan  masyarakat  awam  sering  dikenal  sebagai kencing manis, dimana sering disebut sebagai the great imitator, hal ini dikarenakan diabetes melitus dapat mengenai semua organ dan menimbulkan keluhan serta gejala yang bervariasi.
Menurut Soegondo (2005), Diabetes  melitus  adalah  suatu  kumpulan  gejala  yang  timbul  pada  seseorang  yang disebabkan  oleh  karena  adanya  peningkatan  kadar  glukosa  darah  akibat  kekurangan insulin  baik  absolut  maupun  relatif.
Angka prevalensi terjadinya diabetes melitus semakin mengalami peningkatan. WHO mencatat bahwa pada tahun 2006 sekitar 150 juta orang berusia di atas 20 tahun mengidap diabetes melitus, dan jumlah ini akan bertambah menjadi 300 juta orang pada tahun 2025. Di Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta orang terkena diabetes melitus. Menurut Sample Registration System 2014, diabetes melitus di Indonesia berada di posisi ketiga dari 10 penyebab kematian.
Penderita diabetes melitus memerlukan pengobatan sepanjang hidup untuk mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit dan mencegah agar tidak berkembang ke arah komplikasinya, sedangkan obat antidiabetes yang dikonsumsi dapat menimbulkan efek samping dalam penggunaan jangka panjang.
Salah satu solusi untuk menghadapi tantangan diabetes melitus di Indonesia adalah dengan memanfaatkan tumbuhan tradisional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia tidak hanya terkenal sebagai negera yang kaya dengan sumber daya alamnya, namun juga kaya akan potensi tanaman obat tradisional untuk digunakan dalam menjaga kesehatan atau penyembuhan berbagai penyakit. Obat tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu digali, diteliti, dan dikembangkan agar dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Salah satu tanaman obat tradisional yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai obat antidiabetes adalah belimbing wuluh. Belimbing wuluh termasuk kategori tanaman yang sudah familiar digunakan sebagai bumbu masak. Belimbing wuluh sangat mudah didapatkan dan mudah dikenali oleh masyarakat serta dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau.
Menurut Sutrisna (2012), belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) merupakan famili Oxalidaceae. Buah belimbing wuluh memiliki beberapa kandungan vitamin dan mineral antara lain riboflavin, vitamin B1, niacin, asam askorbat, karoten, vitamin A, sedangkan mineralnya antara lain phosphor, kalsium dan besi. Zat aktif yang bisa didapatkan pada daun, bunga, batang maupun buah belimbing wuluh antara lain saponin dan flavonoid. Menurut Cheeke (2012), buah belimbing wuluh banyak mengandung saponin dan flavonoid. Saponin berfungsi sebagai anti hiperglikemik dengan cara mencegah pengambilan glukosa pada brush border di usus halus, sedangkan menurut Najhafian (2010), flavonoid sebagai inhibitor alfa-glukosidase yang berfungsi untuk menunda absorbsi karbohidrat sehingga glukosa darah akan menurun.
Efektivitas belimbing wuluh sebagai antidiabetes telah dibuktikan  oleh Damayanti (1995), yaitu infusa belimbing  wuluh  menunjukkan  efek  hipoglikemik  terhadap tikus    putih    jantan    yang    diinduksi    dengan    aloksan. Selain itu, Candra (2012), telah melakukan penelitian dengan pemberian ekstrak belimbing wuluh dengan dosis 0,75 mg/kgBB dimana dapat menurunkan kadar gula darah tikus wistar yang diinduksikan aloksan dengan dosis 125 mg/kgBB.
Dengan sumber tumbuhan obat yang mudah didapatkan dan kualitas serta kuantitas  penelitian-penelitian mengenai obat tradisional yang mumpuni, maka peningkatan prevalensi diabetes melitus dapat diminimalisir. Selain itu, Pengelolaan tumbuhan tradisional secara tepat akan memberikan manfaat dan memberikan sumbangsih nyata dalam mewujudkan Indonesia rendah diabetes.