Oleh:
Tri Sumaria
Diabetes melitus dikalangan
masyarakat awam sering
dikenal sebagai kencing manis,
dimana sering disebut sebagai the great
imitator, hal ini dikarenakan diabetes melitus dapat mengenai semua organ
dan menimbulkan keluhan serta gejala yang bervariasi.
Menurut Soegondo (2005), Diabetes melitus
adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif.
Angka
prevalensi terjadinya diabetes melitus semakin mengalami peningkatan. WHO
mencatat bahwa pada tahun 2006 sekitar 150 juta orang berusia di atas 20 tahun
mengidap diabetes melitus, dan jumlah ini akan bertambah menjadi 300 juta orang
pada tahun 2025. Di Indonesia sendiri tercatat 2,5 juta orang terkena diabetes
melitus. Menurut Sample Registration System 2014,
diabetes melitus di Indonesia berada di posisi ketiga dari 10 penyebab
kematian.
Penderita diabetes melitus memerlukan pengobatan
sepanjang hidup untuk mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit dan
mencegah agar tidak berkembang ke arah komplikasinya, sedangkan obat antidiabetes
yang dikonsumsi dapat menimbulkan efek samping dalam penggunaan jangka panjang.
Salah satu solusi untuk menghadapi tantangan diabetes melitus di Indonesia
adalah dengan memanfaatkan tumbuhan tradisional. Seperti yang
kita ketahui, Indonesia tidak hanya terkenal sebagai negera yang kaya dengan
sumber daya alamnya, namun juga kaya akan potensi tanaman obat tradisional untuk
digunakan dalam menjaga kesehatan atau penyembuhan berbagai penyakit. Obat tradisional
merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu digali, diteliti, dan
dikembangkan agar dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Salah
satu
tanaman obat tradisional yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai obat antidiabetes
adalah belimbing wuluh. Belimbing wuluh termasuk kategori tanaman yang sudah
familiar digunakan sebagai bumbu masak. Belimbing wuluh sangat mudah didapatkan
dan mudah dikenali oleh masyarakat serta dapat diperoleh dengan harga yang
terjangkau.
Menurut Sutrisna (2012), belimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) merupakan famili Oxalidaceae. Buah belimbing wuluh
memiliki beberapa kandungan vitamin dan mineral antara lain riboflavin, vitamin
B1, niacin, asam askorbat, karoten, vitamin A, sedangkan mineralnya antara lain
phosphor, kalsium dan besi. Zat aktif yang bisa didapatkan pada daun, bunga,
batang maupun buah belimbing wuluh antara lain saponin dan flavonoid. Menurut
Cheeke (2012), buah belimbing wuluh banyak mengandung saponin dan flavonoid. Saponin
berfungsi sebagai anti hiperglikemik dengan cara mencegah pengambilan glukosa
pada brush border di usus halus, sedangkan menurut Najhafian (2010), flavonoid
sebagai inhibitor alfa-glukosidase yang berfungsi untuk menunda absorbsi
karbohidrat sehingga glukosa darah akan menurun.
Efektivitas
belimbing wuluh sebagai antidiabetes telah dibuktikan oleh Damayanti (1995), yaitu infusa
belimbing wuluh menunjukkan
efek hipoglikemik terhadap tikus putih
jantan yang diinduksi
dengan aloksan. Selain itu, Candra (2012), telah
melakukan penelitian dengan pemberian ekstrak belimbing
wuluh dengan dosis 0,75 mg/kgBB dimana dapat menurunkan kadar gula darah tikus wistar yang diinduksikan aloksan dengan dosis 125 mg/kgBB.
Dengan sumber tumbuhan obat yang mudah didapatkan dan kualitas serta
kuantitas penelitian-penelitian mengenai obat tradisional yang mumpuni,
maka peningkatan prevalensi diabetes melitus dapat diminimalisir. Selain itu, Pengelolaan
tumbuhan tradisional secara tepat akan memberikan manfaat dan memberikan sumbangsih
nyata dalam mewujudkan Indonesia rendah diabetes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar