Medan, 5 Januari 2016
Senja turun meliputi
semesta. Ice cream yang sudah tersaji mulai mencair. Dan seiring tarikan nafas
ke dalam ada pelepasan udara dengan perlahan. Aku tak pernah menyangka bahwa
menghabiskan senja bersamamu akan sangat berefek bagiku. Sepertinya kebersamaan
kita sudah menjadi candu tersendiri bagiku. Aku mulai paham. Kebersamaan ini
telah menghasilkan rasa cinta di ruang hati. Hingga hati senantiasa menuntut
untuk dapat menikmati kebersamaan kita.
Lagi-lagi kebersamaan tidak tercipta dengan mudah. Karena ia
menuntut pengorbanan. Yaa, waktu adalah pengorbanan terberat yang harus
dimenangkan.
Maka suatu hari
kebersamaan benar-benar tidak terlalu rumit. Suatu hari kebersamaan bisa
dilahirkan dengan sederhana. Disuatu momen ketika mentari undur diri digantikan
senja yang siap menyapa. Sungguh, keindahan senja yang tak ada duanya. Hingga diri
sibuk untuk mengabadikan senja di ponsel barumu, serta mengabadikan setiap
episode yang ada kala itu. Hingga saat ini, celotehan ringanmu masih terekam
jelas yang acapkali akan membuat bibir ini melengkung membentuk satu garis
senyum di wajah. Ahh, cinta memang selalu menjadi rumah kebersamaan yang paling
nyaman.
Maka kelak kamu akan
mengerti bahwa menikmati senja dengan cara yang berbeda itu sangat
menyenangkan. Dengan kehadiran cinta sebagai pelengkap dari tiap jejak
kebersamaan. Serta semesta yang senantiasa membersamai kita. Karena kehadiran semesta memberi kekuatan
lain untuk terus melangkah dan berjalan. Meski terkadang harus berjalan
sedemikian pelan, bukan berati berhenti. Kita membuka selapis-demi selapis diri
seiring waktu dan kejadian, yang juga dibungkus kebersamaan. Apa pun itu, kita
melewatinya bersama. Baik itu saat kuat, rapuh, jatuh, tegar hingga kita merasa
tak perlu lagi ada gentar untuk menghadapi setiap episode hidup karena kita
senantiasa bersisian.
Hingga suatu saat
nanti, kita benar-benar tahu bahwa semua ini adalah bentuk skenario-Nya dalam
balutan kebersamaan.
“Maka Nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan?”
Tentu jawabannya tidak
ada, Tidak ada nikmat Tuhan yang mampu ku dustakan.
Lembar 1, Dandelion Sang
Pemimpi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar