Rabu, 27 April 2016

Pemuda Islam Sebagai Garda Terdepan Menghadapi Era Globalisasi


      Oleh  : Tri Sumaria

Waktu terus saja bergulir sehingga tidak terasa telah menghantarkan kita pada era modern. Hal ini sering disebut sebagai era globalisasi. Apabila kita menelisik lebih jauh, makna dari era globalisasi adalah  era dimana sangat memanjakan manusia karena semua aktivitas dapat dilakukan secara instan, sehingga kehadirannya mengakibatkan perubahan tatanan kehidupan manusia dari tradisional menjadi modern. Di satu sisi era ini membawa dampak positif misalnya dalam hal informasi. Informasi yang ingin didapatkan dapat diakses dalam hitungan detik tanpa ada batasan waktu. Disisi lain globalisasi juga membawa dampak negatif. Salah satu contohnya adalah nilai sosial dan hubungan antar sesama manusia semakin menurun, sehingga mengakibatkan kurangnya kepedulian terhadap sesama.
Dampak negatif globalisasi tidak menjadi penghambat bagi para pemuda islam dalam bergerak dan berkontribusi. Sebab pemuda islam merupakan garda terdepan dalam menghadapi globalisasi yang sedang meluas saat ini. Serta ia menjadi pionir perubahan ke arah yang lebih baik.
 Jika kita melihat kembali sejarah, maka kita akan menemukan fakta bahwa di tangan pemuda lah segala perubahan terjadi. Kesuksesan Muhammad Al-Fatih di usianya yang ke-21 tahun dalam menaklukan Konstantinopel menjadi hal yang sangat luar biasa dan tidak terelakkan lagi, ini membuktikkan bahwa kekuatan pemuda mampu meluluhlantakkan berlapis-lapis tembok konstantinopel yang sudah berabad-abad berdiri kokoh.
Tercapainya kemerdekaan Indonesia juga merupakan hasil perjuangan dari para pemuda yang menyadari akan pentingnya persatuan dan kesatuan, sehingga memunculkan semangat juang yang tinggi untuk menjaga keutuhan teritorial wilayah nusantara yang sedang dijajah oleh pihak asing. Sehingga pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan taruhan peluh, luka bahkan nyawa dari para pemuda, sehingga Indonesia mampu memproklamasikan kemerdekaannya.
Begitulah seharusnya pemuda menunjukkan perannya sebagai agen perubahan, hal ini sesuai dengan yang dikatakan Ir. Soekarno dimana ia sebagai founding father dan bapak proklamator berkata “Berikan aku 10 pemuda maka akan aku goncangkan dunia ini”.
Bertahun-tahun islam bangga dengan pemuda yang berkualitas. Namun apabila dilihat kenyataannya, maka pemuda saat ini masih sangat berbeda jauh dengan pemuda pada era sebelumnya. Pemuda saat ini hidup dalam dunia yang serba instan sebagai imbas dari guliran budaya globalisasi yang masuk melalui perkembangan teknologi dan informasi. Saat ini banyak pemuda yang terjerat virus globalisasi seperti hedonisme, konsumtif, hura-hura, pacaran, sex bebas dan bahkan saat ini di Indonesia sudah mewabah virus LGBT. Sangat menyedihkan sekali melihat kondisi tersebut, padahal menilik dari sejarah di masa lalu islam pernah memiliki pemuda-pemuda berkualitas yang mampu menjadikan islam jaya di masa itu.
Banyak sekali persoalan pemuda saat ini yang sudah melenceng jauh dari koridor islam. Maka sudah saatnya pemuda islam berbenah. Lalu apa yang harus dilakukan pemuda islam di tengah era globalisasi ini? Pertanyaan yang mungkin sama di benak para pemuda saat ini. Maka kita harus bersikap bijak yaitu dengan mengambil dampak positif dari globalisasi dan membuang dampak negatif yang merugikan. Hal ini karena kita sebagai manusia tidak dapat melawan arus globalisasi tersebut, sebab arus  ini juga memiliki andil terhadap kemudahan-kemudahan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Salah satu kunci utama dalam menghadapi era globalisasi adalah selalu berpedoman pada Al-Quran dan As-Sunnah, karena Al-Quran dan As-Sunnah merupakan pedoman bagi seluruh umat muslim dalam menjalankan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:
Sesungguhnya Al Qur'an memberikan petunjuk kepada  yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (Q.S Al-Isra: 9)
Sebagaimana firman Allah Swt di atas bahwa kita sebagai seorang pemuda islam harus memiliki pendirian dan keimanan yang teguh serta tidak mudah goyah terhadap pengaruh-pengaruh buruk yang ada.
Menjadi pemuda islam harus tanggap dalam situasi yang ada saat ini, harus turut serta dalam berkontribusi menghadapi era globalisasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan pemuda islam dalam menghadapi arus globalisasi adalah dengan tindakan melebur namun tidak membaur. Pemuda islam harus mengetahui aspek-aspek globalisasi yang sudah meluas di Indonesia. Dimana aspek tersebut dijadikan sebagai pola pemikiran untuk terus bergerak menjadi lebih baik dan mengajak pemuda islam lainnya untuk tidak hanya fokus pada hal-hal yang negatif tetapi juga dapat membuat suatu gerakan untuk mempertahankan syariat-syariat islam. Gerakan ini dapat mencegah perkembangan budaya-budaya luar yang masuk ke Indonesia. Selain itu seorang pemuda islam juga dapat mengambil hal-hal positif dari arus globalisasi seperti memanfaatkan sosial media untuk kelancaran serta kemudahan dalam pergerakan dakwah.
Bangkitlah pemuda islam. Islam di masa lalu memiliki pemuda yang unggul karena memeluk islam secara kaffah dan taat terhadap syariat. Setiap pergerakan selalu melibatkan Allah, sehingga terpatri dalam hati bahwa Allah senantiasa mengawasi apa yang mereka lakukan. Maka hal tersebut juga perlu ditanamkan pada diri pemuda islam saat ini agar menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dalam menghadapi tantangan era globalisasi dan tidak mudah goyah terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat merusak pemuda islam itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar